Monday, November 30, 2015

sumbatan otak

Ironi.

Anak-anak yang dipaksa tidur siang ketika para pekerja kantoran mengantuk setelah jam istirahat. Seorang murid kursus piano yang dilarang berdiri sebelum menguasai beberapa bar rumit ketika mahasiswa teknik ingin membelot dari kursi kuilahnya dan melanjutkan mimpinya bermusik. Perantau yang merindukan rumah ketika anak rumahan memilih main sampai pagi untuk menghindari saudaranya. Seorang buta yang mendamba cahaya dan pemandangan ketika seseorang yang lain mengunci diri di kamar tidak ingin melihat dunia.

Aku hidup diantara petak-petak itu. Terkadang juga ada di dalamnya. Sayang, hidup tidak bisa dengan mudahnya bertukar tempat, tidak berjalan dengan logika.


Satu lagi yang akhir-akhir ini menjadi semakin jelas.

Ketika aku mengetahui sesuatu dan merasa lebih mengetahui sesuatu dibanding orang lain, aku tidak akan pernah mengetahuinya 100%. Ada banyak sudut pandang. Kemudian menjadi semakin sulit untuk menyatakan sesuatu tersebut benar atau salah. Semua serba ‘tergantung alasannya apa’. Ada bigger pictures yang harus diketahui juga dan memaksa untuk zoom out, melihat dengan jangkauan lebih luas.