Ironi.
Anak-anak yang dipaksa tidur siang ketika para pekerja
kantoran mengantuk setelah jam istirahat. Seorang murid kursus piano yang
dilarang berdiri sebelum menguasai beberapa bar rumit ketika mahasiswa teknik
ingin membelot dari kursi kuilahnya dan melanjutkan mimpinya bermusik. Perantau
yang merindukan rumah ketika anak rumahan memilih main sampai pagi untuk
menghindari saudaranya. Seorang buta yang mendamba cahaya dan pemandangan ketika
seseorang yang lain mengunci diri di kamar tidak ingin melihat dunia.
Aku hidup diantara petak-petak itu. Terkadang juga ada di
dalamnya. Sayang, hidup tidak bisa dengan mudahnya bertukar tempat, tidak
berjalan dengan logika.
Satu lagi yang akhir-akhir ini menjadi semakin jelas.
Ketika aku mengetahui sesuatu dan merasa lebih mengetahui
sesuatu dibanding orang lain, aku tidak akan pernah mengetahuinya 100%. Ada
banyak sudut pandang. Kemudian menjadi semakin sulit untuk menyatakan sesuatu
tersebut benar atau salah. Semua serba ‘tergantung alasannya apa’. Ada bigger pictures yang harus diketahui
juga dan memaksa untuk zoom out, melihat
dengan jangkauan lebih luas.
No comments:
Post a Comment